Monday 6 May 2013

MAKALAH : Supervisi Pendidikan


SUPERVISI PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pembimbing : Dr. Diding Nurdin, M.Pd.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCF3a312lnKgDAO2tC5ty-xSQzlwFWSdXZv5rDfj-YCFbtHtgbzkDSLu0js0SsIj7F01WA5KUNIxSfEVI8KXGKqxjPeBw4dpE2z32DE9H2Y22bnAaIhnpuJW7iP-mGVTdAFduk03Q5_Vfa/s760/UPI3.jpg

Oleh
1.      MELLI                            : 1106550
2.      UGI SUPRIATNA         :1103024

`JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
            Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan dan  kesempatan yang sangat luar biasa kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Supervisi Pendidikan”  ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan.
Secara garis besar,makalah ini memuat pembahasan konsep dasar supervise pendidikan , kemudian tujuan dan fungsi diadakannya kegiatan supervisi pendidikan,teknik – teknik mensupervisi, prosedur kegiatan supervise tersebut dalam memberikan pelayanan profesional guru hingga sifat – sifat yang harus dimiliki oleh seorang supervisor. Dalam makalah ini juga akan mengupas pembahasan mengenai hasil observasi kami ke sekolah mengenai supervise pendidikan, yaitu SMP Nusantara Raya Bandung.
            Dalam penulisan laporan ini,penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan, baik dalam konteks penulisan maupun konten makalah ini  .Oleh karena itu,kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.Tak lupa,penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang telah membantu.
            Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis ,umumnya bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.


Bandung, Nopember 2012


Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
I.A.      Latar Belakang Masalah………………………………………………………...1
I.B.       Rumusan dan Batasan Masalah…………………………………………………1
I.C.       Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………………...2
I.D.      Manfaat Penulisan Makalah…………………………………………………….2
I.E.       Metode Pengkajian Makalah……………………………………………………2
BAB II : ISI DAN PEMBAHASAN…...……………………………………………3
II.A.   Isi ……………...………………………………………………………………..3
II.B.    Pembahasan……………………………………………………………………12
BAB III : PENUTUP……………………..………….……………………………..13
III.A.     Kesimpulan…………………...……………………………………………...13
III.B.      Saran…………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Permasalahan
Jika kita melihat kondisi pendidikan kita saat ini, maka kita dapat merasakan kurangnya pendidikan kita dalam segi mutu. Ini bisa direfleksikan dengan banyaknya pengangguran di Indonesia, baik itu pengangguran yang usia produktif atau tidak, baik itu pengangguran dengan ketergantungan atau tidak. Banyaknya pengangguran ini merupakan dampak langsung dan sistemik dari kualitas hasil dari pendidikan yang rendah sehingga mereka yang telah lulus menempuh pendidikan sukar bersaing dengan orang lain demi mendapatkan pekerjaan yang layak karena tidak terpenuhinya kualifikasi pasar pegawai. Hal ini berimbas dengan tingkat ekonomi masyarakat Indonesia rendah. Tak ayal, kualitas mutu pendidikan selalu dikaitkan dengan  tingkat ekonomi suatu negara.
Sangat sulit bagi kita untuk menetapkan satu penyebab utama dari fenomena miris tersebut.Karena fenomena ini sudah sangat sistematis dan layaknya kita mengurai benang kusut yang sulit diketemukan ujungnya. Namun demikian , sebuah pendidikan memiliki jantung kehidupannya, yaitu sekolah, sehingga penelusuran kita akan penyebab dari rendahnya mutu pendidikan adalah sekolah itu sendiri. Lebih lanjut,  core businessnya” pendidikan di lingkungan sekolah adalah penyelenggaraan belajar mengajar yang ditangani guru. Maka dalam hal ini penyelenggaraan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru harus diperhatikan.
Masalah penyelenggaraan belajar mengajar ini adalah menyangkut tentang kualitas guru itu sendiri, diantaranya yang terkait adalah masalah kualitas mengajar dari guru tersebut. Untuk itu, perlu adanya proses pengawasan dan pembinaan terus menerus dan kontinu. Masalah ini berhubungan erat dengan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah selalu pemimpin kepada guru-gurunya. Dengan adanya aktivitas ini,diharapkan langsung dapat memperbaiki situasi belajar mengajar dari yang sebelumnya. Dari uraian tersebut, maka penulis mencoba menuangkan permasalahan tersebut dalam makalah ini yang berjudul “Supervisi Pendidikan”.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakang masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahasdapatdirumuskansebagaberikut :
a.       Apa itu supervisi pendidikan?
b.      Apa fungsi dan tujuan supervisi pendidikan?
c.       Bagaimanakah teknik – teknik supervisi pendidikan itu?
d.      Bagaimanakah prosedur kegiatan supervise pengajaran demi mewujudkan pelayanan profesional guru?
e.       Apa perilaku – perilaku yang etik yang perlu dan harus dimiliki oleh seorang supervisor?
f.       Supervisor seperti apakah yang harus ada dalam pendidikan Indonesia?
3.      TujuanPenulisanMakalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adaalh untuk mengidentifikasi, menemukan dan menganalisis satu bahasan mengenai supervisi pendidikan hingga nantinya akan diketemukan model supervisor yang tepat untuk pendidikan Indonesia.
4.      Manfaat Penulisan Makalah
Denganadanyamakalahini,penulisberharaphasilpembahasan yang adadapat menjadi pengetahuan baru untuk pembaca mengenai pengelolaan pendidikan, khususnya supervisi pendidikan.Pemahaman yang tumbuh penulis harapakan menjadi bekal kedepannya jika nantinya kita menjadi seorang supervisor pendidikan.
5.      Metode Pengkajian Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan hasil kajian pustaka dan observasi langsung ke sekolah dengan mewawancarai (bertatap muka langsung dan berdialog) yang telah dilakukan oleh penulis.


BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
I.            Isi
1.      Konsep Dasar
Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar.Akan tetapi masih banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan istilah tersebut. Hal ini akan membawa implikasi yang berbeda pula dalam pelaksanannya. Untuk memberikan kerangka acuan mengenai pengertian supervisi, ada baiknya kita mengkaji kembali beberapa pendapat para ahli.
a.    Neagley (1980: 20) dikutip oleh made pidarta, mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan supervise. Supervise disini diartikan sebagai bantuan dan bimbingan kepada guru-guru dalam bidang instruksional, belajar, dan kurikulum, dalam usahanya mencapai tujuan sekolah.
b.    Kimbal Wiles (1956: 8) berpendapat bahwa “supervision is an assistance in the development of a better teaching-learning situation”, yaitu suatu bantuan dalam pengembangan peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
c.       Badan Kajian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (1982: I) mendefinisikan supervisi pendidikan sebagai segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional , sehingga mereka lebih mampu lagi dalam melaksanakan tugs pokoknya, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan professional bagi guru-guru. Bimbingan professional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara professional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid.murid.
Menurut Alfonso (1981), Neagley dan Evans (1980), serta Marks Stroops (1978) yang di kutip oleh Djam’an Satori, melukiskan hubungan supervise, prose mengajar belajar dan hasil belajar seperti dapat dilihat pada model berikut:


Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Oleh karena suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervise menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan professional guru, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervise akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid.
Seorang supervisor apakah dia kepala sekolah, penilik sekolah atau pengawas dalam melaksanakan supervise hendaknya berlandaskan pada prinsip-prinsip yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut:
1.      Ilmiah (scientific) berarti :
a.       Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana, dan berkelanjutan
b.      Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
c.       Menggunakan alat (instrumen) yang dapatmemberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakn penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2.      Demokrasi, artinya menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
3.      Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama  seluruh staf sekolah.
4.      Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip diatas tersebut.

2.      Fungsi-Fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan
Dalam pelaksanaannya, supervisor pendidikan perlu memahami fungsi-fungsi supervisi yang merupakan tugas pokok sebagai supervisor pendidikan. Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.    Menyelenggarakan inspeksi
Sebelum memberikan pelayanan terhadap guru, supervisor perlu mengadakan inspeksi terlebih dahulu. Inspeksi tersebut dimaksudkan sebagai usaha mensurvai seluruh sistem pendidikan yang ada, guna menemukan masalah-masalah, kekurangan-kekurangan, baik pada guru, murid, pelengkap, kurikulum, tujuan pendidikan, metode mengajar, maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses belajar mengajar.
Sebagai fungsi supervisi, inspeksi harus bersumber pada data yang aktual dan tidak pada informasi yang sudah kadaluarsa.
b.    Penelitian hasil inspeksi berupa data
Data tersebut kemudian di olah untuk dijadikan bahan penelitian. Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan penyelenggaraan pemberian bantuan kepada guru, sehingga supervisi dapat berhasil dengan memuaskan.
c.    Penilaian
Kegiatan penilaian berupa usaha untuk mengetahui segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraan dan hasil pengajaran.
d.   Latihan
Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian di adakan latihan. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan dan atau penigkatan. Hal inipun bisa sebagai pemecahan atas masalah-masalah yang dihadapi. Pelatihan ini dapat berupa lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain yang dipandang efektif.
e.    Pembinaan
Pembinaan atau pengembangan merupakan lanjutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru-guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.
Tujuan supervisi pendidikan adalah untuk mengembangkan situasi belajar mngajar yang baik. N.A. Ametembun (1981: 28) merumuskan tujuan-tujuan supervisi pendidikan dengan memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan supervisi yang lebih efektif.
Adapun tujuan-tujuan itu adalah:
a.       Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
b.      Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif
c.       Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d.      Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja demokratis dan kooperatif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
e.       Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara maksimal dalam bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement motive”.
f.       Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan.
g.      Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan
h.      Mengembangan esprit de corps, guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.

3.      Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan
Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru-guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques), maupun secara perorangan (individual techniques), ataupun dengan cara langsung atau bertatap muka, dan cara tak langsung atau melalui media komunikasi (visual, audial, audio-visual).
Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan antara lain:
a.         Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar dikelas.
b.        Pertemuan pribadi antara suoervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru.
c.         Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk membicarakan masalah-masalah mum yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan.
d.        Kunjungan antar kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan yang terutama untuk saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha-usaha perbaikan dalam proses bakajar mengajar.
e.         Pertemuan – pertemuan di kelompok kerja pemilik, kelompok kerja kepala sekolah ,serta pertemuan kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya.

4.      Prosedur Kegiatan Supervisi Pengajaran / Pelayanan Profesional Guru
Secara keseluruhan, menurut Moh. Riva’I, prosedur supervise pendidikan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.       Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, supervisor harus mendapatkan dara tentang keseluruhan situasi belajar mengajar dari murid, guru, program pengajaran, alat atau fasilitas dan situasi. Cara atau teknik pengumpulan data – data tersebut dapat dilakukan dengan observasi atau kunjungan kelas, pertemuan pribadi , studi laporan dan dokumen serta menyebarkan kuisioner atau angket.
b.      Penyimpulan atau penilaian
Dalam prosedur penyimpulan atau penilaian harus memuat tentang keberhasilan murid, keberhasilan guru dan faktor – faktor penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menentukan criteria penilaian bersama, pertemuan pribadi dan diskusi antar guru.
c.       Diskusi kelemahan
Dalam prosedur supervisi ini, kekurangan atau kelemahan mengenai pribadi guru di depan kelas, penguasaan materi, penguasaan metode , hubungan antara personel dan administrasi kelas dapat dianalisis dengan cara melakukan pertemuan pribadi, rapat staf dan konsultasi dengan nara sumber / ahli.
d.      Memperhatikan kelemahan dan meningkatkan kemampuan guru
Setelah kekurangan atau kelemahan guru didiskusikan dan telah dikemukakan bersama, maka seorang supervisor harus segera menindaklanjutinya dengan memperhatikan guru yang bersangkutan dengan maksud menungkatkan kemampuan guru tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperoleh informasi secara langsung dari sumber terdekat dan penataran. Guru tersebut juga bisa diikutsertakan dalam program kunjungan antar kelas atau interschool visit demi memperlihatkan cara ajar guru di kelas atau di sekolah lain.
e.       Bimbingan dan pengembangan
Tahap ini merupakan pengembangan dari prosedur sebelumnya, dimana dalam tahap ini guru akan menerapkan hasil usaha dan penataran yang telah dilakukan.
f.       Penilaian kemajuan
Penilaian dilakukan dalam hal perubahan yang telah dicapai guru sebagai hasil peningkatan dan bimbingan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara kunjungan kelas langsung, pertemuan pribadi, observasi dan diskusi.
Melihat rangkaian prosedur kegiatan supervisi tersebut, pada dasarnya supervisor memiliki kewajiban untuk melakukanusaga memberikan pelayanan profesional kepada guru – guru.namun dalam melakukan hal tersebut, seorang supervisor hanya akan efektif apabila ia memahami persoalan mengajar belajar yang dihadapi oleh guru –guru. Untuk itu, seorang supervisor pendidikan dituntut untuk selalu ‘dekat’ dengan guru – guru dan menempatkan diri sebagai bagian dari sistem pengajaran. (Djam’an Satori, 1995)
5.      Perilaku – peilaku Etik yang Perlu Dimiliki Supervisor Pendidikan
            Sebagai seorang pemimpin dan sekaligus supervisor sekolah, seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki perilaku – perilaku yang etis demi tercapainya tujuan supervisi itu sendiri . Ada tiga jenis perilaku yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
  1. Sifat yang berhubungan dengan kepribadian:
a)        Memperhatikan perbuatan nyata dalam segala hal
b)        Bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dalam segala hal
c)        Keterbukaan, tidak menyembunyikan sesuatu yang dirahasiakan
d)       Tidak kehabisan inisiatif, penuh prakarsa
e)        Tekun dan ulet dalam mengerjakan pekerjaan
f)         Mempunyai daya tahan dan psikis yang tinggi, tidak cepat putus asa.
  1. Sifat yang berhubungan dengan profesi.
Sifat-sifat ini dikemukakan oleh Edgar H. Schein (1972:8-9) yang dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut:
a)         Harus bekerja full time di bidang profesinya dan sebagai sumber penghidupan.
b)         Seorang profesional memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya.
c)         Memiliki suatu pengetahuan khusus dan keterampilan yang diperolehnya dari pendidikan yang cukup lama.
d)        Membuat keputusan-keputusan dalam tindakannya demi kepentingan klien, bukan harus bekerja tanpa pamrih.
e)         Pelayanan atas dasar kebutuhan yang objektif dari klien
f)          Seorang profesional harus berorientasi pada pelayanan terhadap klien.
g)         Seorang profesional mempunyai otonomi dalam bertindak mengenai apa yang baik bagi klien. Ia adalah orang yang lebih tahu tentang apa yang baik bagi klien daripada klien itu sendiri.
h)         Menjadi anggota organisasi profesi yang diseleksi melalui ukuran-ukuran tertentu, seperti standar pendidikan atau ukuran-ukuran lain yang sejenis, memiliki keahlian yang sama dan dalam wilayah tertentu.
i)           Memiliki pengetahuan yang spesifik
j)           Seorang profesional tidak boleh mengiklankan untuk mendapatkan pasaran luas.
c.          Sifat-sifat supervisor yang dikehendaki “supervisee” (yang disupervisi). Menurut pendapat dan harapan supervisi pada umumnya supervisor hendaknya:
a)         Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan di sekolah
b)         Bersikap simpatik dan mempunyai perhatian terhadap murid.
c)         Mempunyai sikap terbuka, yang tidak apriori menolak pendapat orang lain.
d)        Mempunyai daya humor dan tidak cepat tersinggung.
e)         Percaya pada diri sendiri (self confidence) sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan ketenangan kepada supervisee.
f)          Tidak terlalu mencari-cari masalah-masalah kecil
g)         Dapat mengajak dan menimbulkan rasa ingin tahu
h)         Kritis, tetapi bersifat membangun dapat memberikan saran-saran
i)           Luas pengetahuannya tentang masalah-masalah pendidikan dan masalah administraif organisatoris.
j)           Dapat mengemukakan ide-ide baru
k)         Fisik sehat dan terpelihara, serta berpakaian rapih.
6.      Supervisor Demokratis
            Indonesia yang merupakan sebuah Negara yang menganut sistem demokrasi sudah sepantasnya apabila seluruh sendi kehidupan haruslah memiliki sifat demokratis, dari mulai pucuk kepemimpinan hingga ke ‘akar rumput’,begitupun seorang supervisor. Supervisor yang demokratis merupakan supervisor yang ideal ada di sebuah sekola, karean dia diharapkan selalu berusaha secara kontinu menjalin pertalian kesatuan yang optimal di antara guru – guru.Berikut merupakan perbandingan antara supervisor demokratis dan supervisor otokratis / dominan.

OTOKRATIS


DEMOKRATIS

1.
Beranggapan     bahwa     ia     dapat     melihat     dan
1. Menyadari  bahwa  kemampuan  sekian puluh  anggota

menemukan     semua     segi-segi     masalah     yang

stafnya   merupakan   potensi   yang   dapat   melebihi

Dihadapinya

kemampuannya sendiri.


2.
Tidak  tahu  /  mau  memanfaatkan  pengalaman  orang
2.
Dapat    dan    berusaha    memanfaatkan    pengalaman

Lain

orang lain



3.
Tidak  dapat  /  bersedia  melepaskan  kekuasaan  dari
3. Tahu bagaimana mendelegasikan tugas dan tanggung

Tangannya

jawabnya.



4.
Biasanya   sangat   tertarik  pada  pekerjaan-pekerjaan
4.
Dapat    melepaskan    diri    dari    tugas-tugas    rutin,

rutinnya,  sehingga  sukar  melihat  masalah-masalah

sehingga
dapat    mengembangkan    kepemimpinan

yang lebih besar

yang kreatif.


5.
Berprasangka terhadap ide-ide baru
5.
Dapat   lekas   mengakui   dan   menghargai   ide   orang



lain.



6.
Mempunyai sifat sebagai yang lebih tahu
6. Memelihara sikap yang ramah  sebagai penolong dan



penasehat.



7.
Tidak  mau  mengakui  bahwa  ia  memiliki  sifat-sifat
7.
Selalu     berusaha     menerapkan     cara-cara     yang

yang otokratis

demokratis.


8.
Kurang   memberi   kesempatan   kepada   orang   lain
8.
Selalu   berusaha   melaksanakan   tugas   “memimpin

untuk maju sebagai pemimpin.

adalah
menimbulkan
Kepemimpinan
yang



dipimpin.



Tabel 1. Perbandingan antara Supervisor Otokratis dan Demokratis
7.      Supervisi Kelompok
            Dikutip dari blog milik Uttoko mengenai Teknik – Teknik Supervisi Kelompok, (yang diakses di http://kanguut.blogspot.com/2012/05/teknik-teknik-supervisi-kelompok.html ) pengertian supervisi kelompokadalah  suatu teknik pembinaan terhadap sejumlah guru oleh satu atau beberapa supervisor, yang dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
            Supervisi kelompok muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan – kelemahan supervisi individual, terutama terletak pada kekurangsempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru. Ada tiga teknik dalam supervisi ini , yaitu :
a.       Teknik supervisi rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui suatu pertemuan guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. Rapat guru yang dipimpin oleh supervisor akan menghasilkan guru yang baik jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai rencana, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai dalam rapat. Tiap sekolah bisa mengadakan rapat guru untuk membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan sekolah.Rapat itu diikuti oleh semua guru yang dipimpin oleh kepala sekolah, misalnya membahas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, rapat untuk meningkatkan kemampuan lulusan, termasuk meningkatkan outcome, dan juga untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.
b.      Teknik Supervisi Guru Sebaya
Teknik supervisi sebaya disebut juga studi kelompok antar guru yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti PAI, MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya.Peserta supervisi sebaya ada kalanya berjumlah kecil ada kalanya berjumlah besar. Berjumlah kecil kalau supervisi itu diadakan di sekolah oleh seorang guru senior terhadap guru junior yang memegang mata pelajaran yang sama. Sedangkan jumlah peserta akan menjadi besar manakala supervisi itu diadakan di luar sekolah dan diikuti oleh guru-guru mata pelajaran yang sama dari beberapa sekolah. Tujuan supervisi ini adalah untuk memberi kemudahan bagi guru-guru untuk mendapatkan bantuan pemecahan masalah.Disamping itu juga untuk bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru mata pelajaran, walaupun yang satu pihak senior dan satu pihak junior.
c.       Teknik Supervisi Diskusi
Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor  dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah tersebut.  Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.
Teknik supervisi ini diikuti oleh sejumlah guru dan satu atau beberapa supervisor.Namun, diharapkan yang terlibat dalam diskusi adalah para guru.di dalam setiap diskusi, supervisor diharapkan atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat, ataupun saran-saran yang diperlukan.
8.      Supervisi Klinis
Acheson dan Gall menyatakan bahwa supervisi klinik adalah proses membina guru untuk memperkecil jurang antaa perilaku mengajar nyata dengan perilaku mengajar seharusnya atau yang ideal (Tim Dosen, 1989:II2). Supervisi klinik merupakan salah satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.

II.            PEMBAHASAN
Dari hasil observasi dalam dianalisis bahwa Kepala SMP Nusantara Raya Bandung yang notabene merupakan supervisor di sekolahnya dapat dikatakan telah menjalani tugas supervisinya dengan baik. Itu terlihat dengan telah dilaksanakannya teknik-teknik supervise pendidikan, seperti melakukan kunjungan kelas , melakukan pertemuan pribadi antara dia dengan guru untuk membicarakan masalah – masalah proses belajar mengajar di sekolah hingga rapat dengan guru.
Metode yang digunakannya juga memang terukur, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti melihat data agenda kelas, rekapitulasi kehadiran guru hingga hasil belajar siswa yang secara tidak langsung direfleksikan sebagai keberhasilan guru dalam mengajar.
Dalam hal pembinaan dan pengembangan professional guru, Kepala SMP Nusantara Raya cukup baik, diantaranya mengikutsertakan guru-guru jika ada penataran dan melakukan sosialisasi program sertifikasi guru.
Disamping itu, jika ditanya apakah kepala SMP Nusantara Raya Bandung itu bertipe supervisor otokratis atau demokratis, maka dapat dianalisis melalui pendekatan faktual dengan mengkaji jawaban-jawaban pertanyaan wawancara, maka dapat dikatakan beliau merupakan supervisor demokratis. Hal ini disebabkan ditinjau dengan cara beliau menyelesaikan masalah dengna cara dialog langsung dengan guru bersangkutan dan apabila beliau menemui masalah yang memungkinkan proses belajar mengajar terhambat, maka beliau akan melakukan pertemuan dengan pihak komite sekolah dan yayasan untuk membahas dan mencari titik tengah dari masalah tersebut, seperti memindahtugaskan guru.


BAB III
PENUTUP
1.      Simpulan
            Berdasarkan tinjauan pustaka maupun pembahasan analisis terhadap masalah dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi pendidikan merupakan sebuah proses aktivitas yang sangat penting dilakukan dalam tubuh sekolah, karena di dalamnya memuat proses pemerhatian, pembinaan, perbaikan dan pengembangan professional guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dalam jangka panjang juga berdampak sangat baik untuk meningkatkan dan mempertahankan kemajuan belajar peserta didik. Walaupun sasaran supervise ini dikhususkan kepada guru, namun dampak dari itu semua juga baik demi kemajuan prestasi belajar peserta didik, karena hasil dari kegiatan supervisi pendidikan tersebut nantinya akan merefleksikan kemampuan dan kualitas guru dalam memberikan pengajaran.
            
2.      Saran / Rekomendasi
Sejalan dengan simpulan di atas, maka dapat dirumuskan saran – saran sebagai berikut :
a.       Bagi semua penulis yang akan mengangkat tema ini, cobalah lakukan observasi dengan menyebarkan angket mengenai keberhasilan supervisor mensupervisi guru demi mengukur sejauh mana keberhasilan kepala sekolah dalam perannya sebagai supervisor.
b.      Bagi semua pembaca yang merupakan guru dan calon guru, tingkatkan kualitas gaya ajar kita, demi terciptanya kegiatan supervise pendidikan yang efektif dan efisien jika kelak kita diberi amanah sebagai guru.
c.       Bagi semua masyarakat pendidikan , khususnya para orang tua, diharapkan dapat berperan aktif memantau kondisi anaknya, khususnya dalam hal prestasi belajar anak, hal ini dapat membantu supervisor dalam mensupervisi guru – guru.



DAFTAR PUSTAKA
Sutarsih, Cicih dan Nurdin. (2010). Pengelolaan Pendidikan : Bab 14. Supervisi Pendidikan. Bandung :
Uttoko.(2011). Teknik – Teknik Supervisi Kelompok. (diakses di http://kanguut.blogspot.com/2012/05/teknik-teknik-supervisi-kelompok.html tanggal 29 Nopember 2012)
Kurniadi, Dedi Ahmad. Supervisi Pendidikan. (diakses di http://file.upi.edu tanggal 29 Nopember 2012)
Kurosaki, Muhammad Nur. Supervisi Pendidikan. ( diakses di http://nurkurosaki.blogspot.com/2012/02/supervisi-pendidikan.html tanggal 29 Nopember 2012)

2 comments:

  1. Thank you for your help so they can help me ... I copy it separoo ..

    ReplyDelete
  2. Tulisan yang sangat membantu.... terima kasih

    ReplyDelete