SUPERVISI PENDIDIKAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian
Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pembimbing : Dr. Diding
Nurdin, M.Pd.
Oleh
1.
MELLI : 1106550
`JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT yang telah
memberikan segala kenikmatan dan kesempatan yang sangat luar biasa kepada
penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Supervisi Pendidikan” ini disusun untuk memenuhi
sebagian tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan.
Secara garis besar,makalah ini
memuat pembahasan konsep dasar supervise pendidikan , kemudian tujuan dan
fungsi diadakannya kegiatan supervisi pendidikan,teknik – teknik mensupervisi,
prosedur kegiatan supervise tersebut dalam memberikan pelayanan profesional
guru hingga sifat – sifat yang harus dimiliki oleh seorang supervisor. Dalam makalah ini juga akan mengupas pembahasan mengenai
hasil observasi kami ke sekolah mengenai supervise pendidikan, yaitu SMP
Nusantara Raya Bandung.
Dalam penulisan laporan ini,penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, baik dalam konteks penulisan maupun konten makalah ini
.Oleh karena itu,kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.Tak lupa,penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah
ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang telah
membantu.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
diri penulis ,umumnya bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, Nopember
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
I.A.
Latar
Belakang Masalah………………………………………………………...1
I.B.
Rumusan
dan Batasan Masalah…………………………………………………1
I.C.
Tujuan
Penulisan Makalah……………………………………………………...2
I.D.
Manfaat
Penulisan Makalah…………………………………………………….2
I.E.
Metode
Pengkajian Makalah……………………………………………………2
BAB II : ISI DAN PEMBAHASAN…...……………………………………………3
II.A.
Isi
……………...………………………………………………………………..3
II.B.
Pembahasan……………………………………………………………………12
BAB III : PENUTUP……………………..………….……………………………..13
III.A.
Kesimpulan…………………...……………………………………………...13
III.B.
Saran…………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Permasalahan
Jika
kita melihat kondisi pendidikan kita saat ini, maka kita dapat merasakan
kurangnya pendidikan kita dalam segi mutu. Ini bisa direfleksikan dengan
banyaknya pengangguran di Indonesia, baik itu pengangguran yang usia produktif
atau tidak, baik itu pengangguran dengan ketergantungan atau tidak. Banyaknya
pengangguran ini merupakan dampak langsung dan sistemik dari kualitas hasil
dari pendidikan yang rendah sehingga mereka yang telah lulus menempuh
pendidikan sukar bersaing dengan orang lain demi mendapatkan pekerjaan yang
layak karena tidak terpenuhinya kualifikasi pasar pegawai. Hal ini berimbas
dengan tingkat ekonomi masyarakat Indonesia rendah. Tak ayal, kualitas mutu
pendidikan selalu dikaitkan dengan tingkat
ekonomi suatu negara.
Sangat
sulit bagi kita untuk menetapkan satu penyebab utama dari fenomena miris
tersebut.Karena fenomena ini sudah sangat sistematis dan layaknya kita mengurai
benang kusut yang sulit diketemukan ujungnya. Namun demikian , sebuah
pendidikan memiliki jantung kehidupannya, yaitu sekolah, sehingga penelusuran
kita akan penyebab dari rendahnya mutu pendidikan adalah sekolah itu sendiri.
Lebih lanjut, “core businessnya” pendidikan di lingkungan sekolah adalah
penyelenggaraan belajar mengajar yang ditangani guru. Maka dalam hal ini
penyelenggaraan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru harus diperhatikan.
Masalah
penyelenggaraan belajar mengajar ini adalah menyangkut tentang kualitas guru
itu sendiri, diantaranya yang terkait adalah masalah kualitas mengajar dari
guru tersebut. Untuk itu, perlu adanya proses pengawasan dan pembinaan terus
menerus dan kontinu. Masalah ini berhubungan erat dengan supervisi pendidikan
yang dilakukan oleh kepala sekolah selalu pemimpin kepada guru-gurunya. Dengan
adanya aktivitas ini,diharapkan langsung dapat memperbaiki situasi belajar
mengajar dari yang sebelumnya. Dari uraian tersebut, maka penulis mencoba
menuangkan permasalahan tersebut dalam makalah ini yang berjudul “Supervisi
Pendidikan”.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkanlatarbelakang masalah tersebut,
masalah-masalah yang dibahasdapatdirumuskansebagaberikut :
a. Apa itu supervisi pendidikan?
b. Apa fungsi dan tujuan supervisi
pendidikan?
c. Bagaimanakah teknik – teknik
supervisi pendidikan itu?
d. Bagaimanakah prosedur kegiatan
supervise pengajaran demi mewujudkan pelayanan profesional guru?
e. Apa perilaku – perilaku yang etik
yang perlu dan harus dimiliki oleh seorang supervisor?
f. Supervisor seperti apakah yang harus
ada dalam pendidikan Indonesia?
3.
TujuanPenulisanMakalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adaalh untuk mengidentifikasi, menemukan dan menganalisis satu bahasan mengenai
supervisi pendidikan hingga nantinya akan diketemukan model supervisor yang
tepat untuk pendidikan Indonesia.
4. Manfaat
Penulisan Makalah
Denganadanyamakalahini,penulisberharaphasilpembahasan
yang adadapat menjadi pengetahuan baru untuk pembaca mengenai pengelolaan
pendidikan, khususnya supervisi pendidikan.Pemahaman yang tumbuh penulis
harapakan menjadi bekal kedepannya jika nantinya kita menjadi seorang
supervisor pendidikan.
5.
Metode Pengkajian Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan
hasil kajian pustaka dan observasi langsung ke sekolah dengan mewawancarai
(bertatap muka langsung dan berdialog) yang telah dilakukan oleh penulis.
BAB
II
ISI
DAN PEMBAHASAN
I.
Isi
1.
Konsep
Dasar
Pengertian
supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi
belajar mengajar.Akan tetapi masih banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan
istilah tersebut. Hal ini akan membawa implikasi yang berbeda pula dalam
pelaksanannya. Untuk memberikan kerangka acuan mengenai pengertian supervisi,
ada baiknya kita mengkaji kembali beberapa pendapat para ahli.
a.
Neagley (1980: 20) dikutip oleh made
pidarta, mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan
menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan
supervise. Supervise disini diartikan sebagai bantuan dan bimbingan kepada
guru-guru dalam bidang instruksional, belajar, dan kurikulum, dalam usahanya
mencapai tujuan sekolah.
b. Kimbal
Wiles (1956: 8) berpendapat bahwa “supervision
is an assistance in the development of a better teaching-learning situation”,
yaitu suatu bantuan dalam pengembangan peningkatan situasi belajar mengajar
yang lebih baik.
c.
Badan
Kajian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (1982: I) mendefinisikan
supervisi pendidikan sebagai segala usaha yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk berkembang secara profesional , sehingga mereka lebih mampu lagi
dalam melaksanakan tugs pokoknya, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan proses
belajar mengajar.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya
supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan professional bagi
guru-guru. Bimbingan professional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang
memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara professional,
sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid.murid.
Menurut
Alfonso (1981), Neagley dan Evans (1980), serta Marks Stroops (1978) yang di
kutip oleh Djam’an Satori, melukiskan hubungan supervise, prose mengajar
belajar dan hasil belajar seperti dapat dilihat pada model berikut:
Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Oleh
karena suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka
kegiatan supervise menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan
professional guru, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu proses belajar
mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervise akan direfleksikan pada
peningkatan hasil belajar murid.
Seorang
supervisor apakah dia kepala sekolah, penilik sekolah atau pengawas dalam
melaksanakan supervise hendaknya berlandaskan pada prinsip-prinsip yang perlu
diterapkan adalah sebagai berikut:
1.
Ilmiah (scientific) berarti :
a. Sistematis,
berarti dilaksanakan secara teratur, berencana, dan berkelanjutan
b. Objektif,
artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan
perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru
atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
c. Menggunakan
alat (instrumen) yang dapatmemberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakn
penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2.
Demokrasi, artinya menjunjung tinggi
azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima
pendapat orang lain.
3.
Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh
staf dalam kegiatan pengumpulan data dan perbaikan serta pengembangan proses
belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah.
4.
Konstruktif dan kreatif. Membina
inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap
orang merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu
menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip diatas tersebut.
2. Fungsi-Fungsi
dan Tujuan Supervisi Pendidikan
Dalam pelaksanaannya, supervisor pendidikan perlu
memahami fungsi-fungsi supervisi yang merupakan tugas pokok sebagai supervisor
pendidikan. Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan inspeksi
Sebelum memberikan
pelayanan terhadap guru, supervisor perlu mengadakan inspeksi terlebih dahulu.
Inspeksi tersebut dimaksudkan sebagai usaha mensurvai seluruh sistem pendidikan
yang ada, guna menemukan masalah-masalah, kekurangan-kekurangan, baik pada
guru, murid, pelengkap, kurikulum, tujuan pendidikan, metode mengajar, maupun
perangkat lain di sekitar keadaan proses belajar mengajar.
Sebagai fungsi
supervisi, inspeksi harus bersumber pada data yang aktual dan tidak pada
informasi yang sudah kadaluarsa.
b. Penelitian hasil inspeksi berupa data
Data tersebut
kemudian di olah untuk dijadikan bahan penelitian. Dengan cara ini dapat
ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan penyelenggaraan
pemberian bantuan kepada guru, sehingga supervisi dapat berhasil dengan
memuaskan.
c. Penilaian
Kegiatan penilaian
berupa usaha untuk mengetahui segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan
persiapan, penyelenggaraan dan hasil pengajaran.
d. Latihan
Berdasarkan hasil
penelitian dan kemudian di adakan latihan. Pelatihan ini dimaksudkan untuk
memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan dan atau penigkatan. Hal
inipun bisa sebagai pemecahan atas masalah-masalah yang dihadapi. Pelatihan ini
dapat berupa lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi,
saling mengunjungi atau cara lain yang dipandang efektif.
e. Pembinaan
Pembinaan atau
pengembangan merupakan lanjutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara baru.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar
guru-guru mau menerapkan cara-cara yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan
penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru-guru memecahkan masalah dan
kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.
Tujuan supervisi pendidikan adalah untuk mengembangkan
situasi belajar mngajar yang baik. N.A. Ametembun (1981: 28) merumuskan
tujuan-tujuan supervisi pendidikan dengan memperhatikan beberapa faktor yang
sifatnya khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan
supervisi yang lebih efektif.
Adapun tujuan-tujuan itu adalah:
a.
Membina
kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
b.
Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif
c.
Membantu
kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka
merencanakan perbaikan-perbaikan.
d.
Meningkatkan
kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap
tata kerja demokratis dan kooperatif, serta memperbesar kesediaan untuk
tolong-menolong.
e.
Memperbesar
ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara maksimal dalam
bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement
motive”.
f.
Membantu
pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam mengembangkan
program-program pendidikan.
g.
Membantu
kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam
konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan
h.
Mengembangan
esprit de corps, guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan
(kolegialitas) antar guru-guru.
3. Teknik-Teknik
Supervisi Pendidikan
Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu
guru-guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques), maupun secara
perorangan (individual techniques),
ataupun dengan cara langsung atau bertatap muka, dan cara tak langsung atau
melalui media komunikasi (visual, audial,
audio-visual).
Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor
pendidikan antara lain:
a.
Kunjungan
kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar
mengajar dikelas.
b.
Pertemuan
pribadi antara suoervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus
yang dihadapi guru.
c.
Rapat
antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk membicarakan
masalah-masalah mum yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu
pendidikan.
d.
Kunjungan
antar kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan yang terutama untuk
saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang
usaha-usaha perbaikan dalam proses bakajar mengajar.
e.
Pertemuan – pertemuan di kelompok kerja
pemilik, kelompok kerja kepala sekolah ,serta pertemuan kerja guru, pusat
kegiatan guru dan sebagainya.
4.
Prosedur
Kegiatan Supervisi Pengajaran / Pelayanan Profesional Guru
Secara
keseluruhan, menurut Moh. Riva’I, prosedur supervise pendidikan dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengumpulan
data
Dalam pengumpulan data, supervisor harus mendapatkan
dara tentang keseluruhan situasi belajar mengajar dari murid, guru, program
pengajaran, alat atau fasilitas dan situasi. Cara atau teknik pengumpulan data
– data tersebut dapat dilakukan dengan observasi atau kunjungan kelas,
pertemuan pribadi , studi laporan dan dokumen serta menyebarkan kuisioner atau
angket.
b. Penyimpulan
atau penilaian
Dalam prosedur penyimpulan atau penilaian harus
memuat tentang keberhasilan murid, keberhasilan guru dan faktor – faktor
penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menentukan criteria penilaian bersama, pertemuan pribadi dan
diskusi antar guru.
c. Diskusi
kelemahan
Dalam prosedur supervisi ini, kekurangan atau
kelemahan mengenai pribadi guru di depan kelas, penguasaan materi, penguasaan
metode , hubungan antara personel dan administrasi kelas dapat dianalisis
dengan cara melakukan pertemuan pribadi, rapat staf dan konsultasi dengan nara
sumber / ahli.
d. Memperhatikan
kelemahan dan meningkatkan kemampuan guru
Setelah kekurangan atau kelemahan guru didiskusikan
dan telah dikemukakan bersama, maka seorang supervisor harus segera
menindaklanjutinya dengan memperhatikan guru yang bersangkutan dengan maksud
menungkatkan kemampuan guru tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memperoleh informasi secara langsung dari sumber terdekat dan penataran. Guru
tersebut juga bisa diikutsertakan dalam program kunjungan antar kelas atau interschool visit demi memperlihatkan
cara ajar guru di kelas atau di sekolah lain.
e. Bimbingan
dan pengembangan
Tahap ini merupakan pengembangan dari prosedur
sebelumnya, dimana dalam tahap ini guru akan menerapkan hasil usaha dan
penataran yang telah dilakukan.
f. Penilaian
kemajuan
Penilaian dilakukan dalam hal perubahan yang telah
dicapai guru sebagai hasil peningkatan dan bimbingan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara kunjungan kelas langsung, pertemuan pribadi, observasi dan diskusi.
Melihat
rangkaian prosedur kegiatan supervisi tersebut, pada dasarnya supervisor
memiliki kewajiban untuk melakukanusaga memberikan pelayanan profesional kepada
guru – guru.namun dalam melakukan hal tersebut, seorang supervisor hanya akan
efektif apabila ia memahami persoalan mengajar belajar yang dihadapi oleh guru
–guru. Untuk itu, seorang supervisor pendidikan dituntut untuk selalu ‘dekat’
dengan guru – guru dan menempatkan diri sebagai bagian dari sistem pengajaran.
(Djam’an Satori, 1995)
5.
Perilaku
– peilaku Etik yang Perlu Dimiliki Supervisor Pendidikan
Sebagai seorang pemimpin dan
sekaligus supervisor sekolah, seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki
perilaku – perilaku yang etis demi tercapainya tujuan supervisi itu sendiri .
Ada tiga jenis perilaku yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
- Sifat yang berhubungan dengan kepribadian:
a)
Memperhatikan perbuatan nyata dalam
segala hal
b)
Bertindak sesuai dengan waktu dan
tempatnya dalam segala hal
c)
Keterbukaan, tidak menyembunyikan
sesuatu yang dirahasiakan
d) Tidak
kehabisan inisiatif, penuh prakarsa
e)
Tekun dan ulet dalam mengerjakan
pekerjaan
f)
Mempunyai daya tahan dan psikis yang
tinggi, tidak cepat putus asa.
- Sifat yang berhubungan dengan profesi.
Sifat-sifat ini
dikemukakan oleh Edgar H. Schein (1972:8-9) yang dapat dijabarkan secara
singkat sebagai berikut:
a)
Harus bekerja full time di bidang profesinya dan sebagai sumber penghidupan.
b)
Seorang profesional memiliki motivasi
yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya.
c)
Memiliki suatu pengetahuan khusus dan
keterampilan yang diperolehnya dari pendidikan yang cukup lama.
d)
Membuat keputusan-keputusan dalam
tindakannya demi kepentingan klien, bukan harus bekerja tanpa pamrih.
e)
Pelayanan atas dasar kebutuhan yang
objektif dari klien
f)
Seorang profesional harus berorientasi
pada pelayanan terhadap klien.
g)
Seorang profesional mempunyai otonomi
dalam bertindak mengenai apa yang baik bagi klien. Ia adalah orang yang lebih
tahu tentang apa yang baik bagi klien daripada klien itu sendiri.
h)
Menjadi anggota organisasi profesi yang
diseleksi melalui ukuran-ukuran tertentu, seperti standar pendidikan atau
ukuran-ukuran lain yang sejenis, memiliki keahlian yang sama dan dalam wilayah
tertentu.
i)
Memiliki pengetahuan yang spesifik
j)
Seorang profesional tidak boleh
mengiklankan untuk mendapatkan pasaran luas.
c.
Sifat-sifat supervisor yang dikehendaki
“supervisee” (yang disupervisi).
Menurut pendapat dan harapan supervisi pada umumnya supervisor hendaknya:
a)
Mempunyai perhatian terhadap segala
kegiatan di sekolah
b)
Bersikap simpatik dan mempunyai
perhatian terhadap murid.
c)
Mempunyai sikap terbuka, yang tidak
apriori menolak pendapat orang lain.
d)
Mempunyai daya humor dan tidak cepat
tersinggung.
e)
Percaya pada diri sendiri (self
confidence) sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan ketenangan kepada
supervisee.
f)
Tidak terlalu mencari-cari
masalah-masalah kecil
g)
Dapat mengajak dan menimbulkan rasa
ingin tahu
h)
Kritis, tetapi bersifat membangun dapat
memberikan saran-saran
i)
Luas pengetahuannya tentang
masalah-masalah pendidikan dan masalah administraif organisatoris.
j)
Dapat mengemukakan ide-ide baru
k)
Fisik sehat dan terpelihara, serta
berpakaian rapih.
6.
Supervisor
Demokratis
Indonesia yang merupakan sebuah
Negara yang menganut sistem demokrasi sudah sepantasnya apabila seluruh sendi
kehidupan haruslah memiliki sifat demokratis, dari mulai pucuk kepemimpinan
hingga ke ‘akar rumput’,begitupun seorang supervisor. Supervisor yang demokratis
merupakan supervisor yang ideal ada di sebuah sekola, karean dia diharapkan
selalu berusaha secara kontinu menjalin pertalian kesatuan yang optimal di
antara guru – guru.Berikut merupakan perbandingan antara supervisor demokratis
dan supervisor otokratis / dominan.
|
OTOKRATIS
|
|
|
DEMOKRATIS
|
|
|
1.
|
Beranggapan bahwa
ia dapat melihat dan
|
1. Menyadari bahwa kemampuan
sekian puluh anggota
|
||||
|
menemukan semua
segi-segi masalah yang
|
|
stafnya merupakan potensi
yang dapat melebihi
|
|||
|
Dihadapinya
|
|
kemampuannya
sendiri.
|
|
|
|
2.
|
Tidak tahu
/ mau memanfaatkan pengalaman
orang
|
2.
|
Dapat dan
berusaha memanfaatkan pengalaman
|
|||
|
Lain
|
|
orang lain
|
|
|
|
3.
|
Tidak dapat
/ bersedia melepaskan
kekuasaan dari
|
3. Tahu
bagaimana mendelegasikan tugas dan tanggung
|
||||
|
Tangannya
|
|
jawabnya.
|
|
|
|
4.
|
Biasanya sangat
tertarik pada pekerjaan-pekerjaan
|
4.
|
Dapat melepaskan diri
dari tugas-tugas rutin,
|
|||
|
rutinnya, sehingga
sukar melihat masalah-masalah
|
|
sehingga
|
dapat mengembangkan kepemimpinan
|
||
|
yang lebih
besar
|
|
yang kreatif.
|
|
|
|
5.
|
Berprasangka
terhadap ide-ide baru
|
5.
|
Dapat lekas
mengakui dan menghargai ide
orang
|
|||
|
|
|
lain.
|
|
|
|
6.
|
Mempunyai sifat
sebagai yang lebih tahu
|
6. Memelihara
sikap yang ramah sebagai penolong dan
|
||||
|
|
|
penasehat.
|
|
|
|
7.
|
Tidak mau
mengakui bahwa ia
memiliki sifat-sifat
|
7.
|
Selalu berusaha menerapkan cara-cara yang
|
|||
|
yang otokratis
|
|
demokratis.
|
|
|
|
8.
|
Kurang memberi
kesempatan kepada orang
lain
|
8.
|
Selalu berusaha
melaksanakan tugas “memimpin
|
|||
|
untuk maju sebagai pemimpin.
|
|
adalah
|
menimbulkan
|
Kepemimpinan
|
yang
|
|
|
|
dipimpin.
|
|
|
|
Tabel 1. Perbandingan antara Supervisor Otokratis
dan Demokratis
7. Supervisi Kelompok
Dikutip dari blog milik Uttoko
mengenai Teknik – Teknik Supervisi Kelompok, (yang diakses di http://kanguut.blogspot.com/2012/05/teknik-teknik-supervisi-kelompok.html
) pengertian supervisi kelompokadalah
suatu teknik pembinaan terhadap sejumlah guru oleh satu atau beberapa
supervisor, yang dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru
dalam satu kelompok.
Supervisi kelompok muncul sebagai
reaksi terhadap kelemahan – kelemahan supervisi individual, terutama terletak
pada kekurangsempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh
guru. Ada tiga teknik dalam supervisi ini , yaitu :
a.
Teknik supervisi rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui
suatu pertemuan guru yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaran, dan
upaya atau cara meningkatkan profesi guru. Rapat guru yang dipimpin oleh
supervisor akan menghasilkan guru yang baik jika direncanakan dengan baik,
dilaksanakan sesuai rencana, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan yang
telah dicapai dalam rapat. Tiap sekolah bisa mengadakan rapat guru untuk
membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan sekolah.Rapat itu
diikuti oleh semua guru yang dipimpin oleh kepala sekolah, misalnya membahas
hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, rapat
untuk meningkatkan kemampuan lulusan, termasuk meningkatkan outcome, dan
juga untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.
b. Teknik
Supervisi Guru Sebaya
Teknik supervisi sebaya disebut juga studi kelompok
antar guru yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang memiliki
keahlian dibidang studi tertentu, seperti PAI, MIPA, Bahasa, IPS dan
sebagainya.Peserta supervisi sebaya ada kalanya berjumlah kecil ada kalanya
berjumlah besar. Berjumlah kecil kalau supervisi itu diadakan di sekolah oleh
seorang guru senior terhadap guru junior yang memegang mata pelajaran yang
sama. Sedangkan jumlah peserta akan menjadi besar manakala supervisi itu
diadakan di luar sekolah dan diikuti oleh guru-guru mata pelajaran yang sama
dari beberapa sekolah. Tujuan supervisi ini adalah untuk memberi kemudahan bagi
guru-guru untuk mendapatkan bantuan pemecahan masalah.Disamping itu juga untuk
bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru mata pelajaran, walaupun yang
satu pihak senior dan satu pihak junior.
c. Teknik
Supervisi Diskusi
Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok
yang digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri
para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan
tukar pikiran antara satu dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor
dapat membantu para guru untuk saling mengetahui, memahami, atau mendalami
suatu permasalahan, sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari
alternatif pemecahan masalah tersebut. Tujuan pelaksanaan supervisi
diskusi adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam
pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii diskusi.
Teknik supervisi ini diikuti oleh sejumlah guru dan
satu atau beberapa supervisor.Namun, diharapkan yang terlibat dalam diskusi
adalah para guru.di dalam setiap diskusi, supervisor diharapkan atau kepala
sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat, ataupun
saran-saran yang diperlukan.
8.
Supervisi
Klinis
Acheson
dan Gall menyatakan bahwa supervisi klinik adalah proses membina guru untuk
memperkecil jurang antaa perilaku mengajar nyata dengan perilaku mengajar
seharusnya atau yang ideal (Tim Dosen, 1989:II2). Supervisi klinik merupakan
salah satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah
diketahui sebelumnya.
II.
PEMBAHASAN
Dari
hasil observasi dalam dianalisis bahwa Kepala SMP Nusantara Raya Bandung yang
notabene merupakan supervisor di sekolahnya dapat dikatakan telah menjalani
tugas supervisinya dengan baik. Itu terlihat dengan telah dilaksanakannya
teknik-teknik supervise pendidikan, seperti melakukan kunjungan kelas ,
melakukan pertemuan pribadi antara dia dengan guru untuk membicarakan masalah –
masalah proses belajar mengajar di sekolah hingga rapat dengan guru.
Metode
yang digunakannya juga memang terukur, baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti melihat data agenda kelas, rekapitulasi kehadiran guru hingga
hasil belajar siswa yang secara tidak langsung direfleksikan sebagai keberhasilan
guru dalam mengajar.
Dalam
hal pembinaan dan pengembangan professional guru, Kepala SMP Nusantara Raya
cukup baik, diantaranya mengikutsertakan guru-guru jika ada penataran dan
melakukan sosialisasi program sertifikasi guru.
Disamping
itu, jika ditanya apakah kepala SMP Nusantara Raya Bandung itu bertipe
supervisor otokratis atau demokratis, maka dapat dianalisis melalui pendekatan
faktual dengan mengkaji jawaban-jawaban pertanyaan wawancara, maka dapat
dikatakan beliau merupakan supervisor demokratis. Hal ini disebabkan ditinjau
dengan cara beliau menyelesaikan masalah dengna cara dialog langsung dengan
guru bersangkutan dan apabila beliau menemui masalah yang memungkinkan proses
belajar mengajar terhambat, maka beliau akan melakukan pertemuan dengan pihak
komite sekolah dan yayasan untuk membahas dan mencari titik tengah dari masalah
tersebut, seperti memindahtugaskan guru.
BAB III
PENUTUP
1.
Simpulan
Berdasarkan
tinjauan pustaka maupun pembahasan analisis terhadap masalah dapat disimpulkan
bahwa kegiatan supervisi pendidikan
merupakan sebuah proses aktivitas yang sangat penting dilakukan dalam tubuh
sekolah, karena di dalamnya memuat proses pemerhatian, pembinaan, perbaikan dan
pengembangan professional guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dalam
jangka panjang juga berdampak sangat baik untuk meningkatkan dan mempertahankan
kemajuan belajar peserta didik. Walaupun sasaran supervise ini dikhususkan
kepada guru, namun dampak dari itu semua juga baik demi kemajuan prestasi
belajar peserta didik, karena hasil dari kegiatan supervisi pendidikan tersebut
nantinya akan merefleksikan kemampuan dan kualitas guru dalam memberikan
pengajaran.
2.
Saran
/ Rekomendasi
Sejalan dengan simpulan di atas,
maka dapat dirumuskan saran – saran sebagai berikut :
a.
Bagi
semua penulis yang akan mengangkat tema ini, cobalah lakukan observasi dengan
menyebarkan angket mengenai keberhasilan supervisor mensupervisi guru demi
mengukur sejauh mana keberhasilan kepala sekolah dalam perannya sebagai supervisor.
b.
Bagi
semua pembaca yang merupakan guru dan calon guru, tingkatkan kualitas gaya ajar
kita, demi terciptanya kegiatan supervise pendidikan yang efektif dan efisien
jika kelak kita diberi amanah sebagai guru.
c.
Bagi
semua masyarakat pendidikan , khususnya para orang tua, diharapkan dapat
berperan aktif memantau kondisi anaknya, khususnya dalam hal prestasi belajar
anak, hal ini dapat membantu supervisor dalam mensupervisi guru – guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutarsih,
Cicih dan Nurdin. (2010). Pengelolaan Pendidikan : Bab 14. Supervisi
Pendidikan. Bandung :
Uttoko.(2011).
Teknik – Teknik Supervisi Kelompok. (diakses di http://kanguut.blogspot.com/2012/05/teknik-teknik-supervisi-kelompok.html
tanggal 29 Nopember 2012)
Kurniadi,
Dedi Ahmad. Supervisi Pendidikan. (diakses di http://file.upi.edu tanggal 29 Nopember 2012)
Kurosaki, Muhammad Nur. Supervisi
Pendidikan. ( diakses di http://nurkurosaki.blogspot.com/2012/02/supervisi-pendidikan.html tanggal 29 Nopember 2012)
Thank you for your help so they can help me ... I copy it separoo ..
ReplyDeleteTulisan yang sangat membantu.... terima kasih
ReplyDelete